Makalah study tour Yogyakarta 2012
SURGA WISATA DI PULAU JAWA
Disusun oleh:
-
-
-
-
-
-
SMPN 1 CIKONENG
Tahun 2013/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa dengan limpahan karunia-Nya Karya Tulis Ilmiah sederhana
ini dapat terselesaikan secara maksimal dan didukung oleh keluarga saya,bapak
dan ibu guru panitia penyelenggara karya wisata dan para guru pembimbing
Karya wisata ini memberikan
banyak sekali tambahan wawasan dan pengetahuan kepada siswa siswi SMPN 1
cikoneng Didalam karya tulis ini hanya sebatas ilmu yang bisa di
sajikan,sebagai tuntutan tugas dari sekolah. ”.Dimana didalam topik tersebut
ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya tempat – tempat wisata yang
ada di Yogyakarta yang indah dan menawan.
Demikian
persembahan karya tulis ini semoga bermanfaat
Ciamis 2012
Penyusun:
................
HALAMAN
JUDUL........................................................................................................... ..... i
2.6 kraton
yogyakarta
2.7 kasongan
Yogyakarta
atau Jogja adalah sebuah kota beserta merangkap sebagai ibukota provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kota Jogja terletak dipulau jawa yang berbatasan langsung
dengan provinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan samudra Hindia. Kota Jogja
sering disebut juga sebagai kota budaya dan pelajar.
Yogyakarta
adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya.
Yogyakarta merupakan pusat kerajaanMataram (1575-1640), dan sampai
sekarang ada Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya.
Yogyakarta juga memiliki banyak candi berusia ribuan tahun yang merupakan
peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu, di antaranya adalah Candi
Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh dinasti Syailendra.Selain warisan
budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang indah dan atmosfir kesenian yang
sangat kental didalamnya. Dalam hal kebudayaan propinsi Yogyakarta masih sangat
kental dengan budaya Jawanya. Dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya
seolah tak terpisahkan dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
setempat
Dalam
berkomunikasi, bahasa pengantar sehari-hari umumnya masyarakat Yogyakarta
menggunakan bahasa Jawa. Propinsi Yogyakarta merupakan salah satu pusat bahasa
dari sastra Jawa seperti bahasa parama sastra, ragam sastra, bausastra, dialek,
sengkala serta lisan dalam bentuk dongeng, japamantra, pawukon, dan aksara
Jawa.
Tempat-tempat
pariwisatanya pun juga sangat mengesankan. Tak ayal turis mancanegara banyak
yang singgah di tengah-tengah pulau jawa yang eksotik ini. Karena itulah sudah
sepantasnya generasi muda khususnya siswa SMPN 1 Cikoneng berkunjung untuk
menimba ilmu ke Yogyakarta. Paling tidak bisa mengetahui sedikit seluk beluk
mengenai Yogyakarta. Karena itulah kita sebagai generasi muda sangat tidak etis
jika kita tidak pernah berkunjung ke Yogyakarta dan tidak mengenal history
tentang jogja,karena jogja mempunyai sejarah yang panjang dalam terbentuknya
pemerintahan NKRI mulai zaman kerajaan sampai sekarang . Jogja tetap istimewa
dimata dunia .
1.2.1 Menambah ilmu pengetahuan, wawasan
yang umum dan luas.
1.2.2 Mengenal tempat-tempat wisata di
jogja yang indah dan dipelihara di Indonesia.
1.2.3 Mengetahui asal usul dari
tempat-tempat wisata di jogja.
1.2.4 Menumbuhkan rasa cinta tanah air
1.3.1 Candi Prambanan
- Dimana lokasi candi prambanan
- Bagaimana sejarah berdirinya candi
prambanan?
- Apa keistimewaan candi prambanan?
- Bagaimanan bentuk bangunan candi
prambanan?
1.3.2 Museum Dirgantara Mandala (AURI)
- Dimana lokasi museum dirgantara
mandala?
- Bagaimana kronologi berdirinya museum
dirgantara mandala?
- Apa keistimewaan dari museum
dirgantara mandala?
1.3.3 Candi Borobudur
- Dimana lokasi candi Borobudur?
- Bagaimana sejarah dari candi
Borobudur?
- Bagaimana bentuk bangunan candi
Borobudur?
- Apa arti dari nama candi Borobudur?
1.3.4 Malioboro
- Dimana tepatnya lokasi jalan
malioboro?
- Bagaimana asal-usul nama yang dipakai
pada jalan malioboro?
- keunikan malioboro?
1.3.5 taman pintar
-dimana tempat lokasi taman pintar.?
-bagaimana asal usul taman pintar.?
-keunikan taman pintar.
- zona apa
saja yang ada di taman pintar.?
1.3.6 keraton yogjakarta
-dimana
tempat lokasi keraton yogyakarta.?
-sejarah
keraton yogjakarta.
-Keunikan
keraton yogjakarta.
1.3.7 Kasongan
-dimana
tempat lokasi kasongan.?
-sejarah
keraton kasongan.
-Keunikan
keraton kasongan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Lokasi Candi Prambanan
Candi Prambanan terletak di desa Prambanan, Pulau Jawa, Kurang lebihnya jarak dengan Yogyakarta adalah sekitar 20 Km ke arah timur dan 40 Km Barat Surakarta dan bisa juga berlokasikan 120 Km dari Kota Semarang.
Candi Prambanan mempunyai lokasi yang unik, yakni terletak di antara dua perbatasan yakni Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Candi Prambanan sendiri sering terkadang bisa disebut Candi Rara Jonggrang dan terletak di desa Prambanan dan berwilayah di Sleman dan Klaten.
2.1.2 Sejarah
candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, Candi
Prambanan Merupakan bangunan yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan
dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Candi Prambanan Menjulang setinggi
47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini
telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah
Jawa.Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, 40 km barat
Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada bagian tengah area candi ini
dibangun taman.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi. Oleh banyak kalangan Candi Prambanan kerap disebut sebagai Candi Loro Jonggrang.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi. Oleh banyak kalangan Candi Prambanan kerap disebut sebagai Candi Loro Jonggrang.
Pada 1733, candi Prambanan ini ditemukan oleh CA. Lons seorang
berkebangsaan Belanda. Kemudian pada 1855 Jan Willem IJzerman mulai
membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa
waktu kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan
batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak.
Pada 1902-1903, Theodoor van Erp
memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh
Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara
yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya
melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya
usaha pemugaran kembali.
Pada 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir
hayatnya pada 1930. Pada 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada 1942
dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan
itu berlanjut hingga 1993.
Banyak bagian candi yang direnovasi,
menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai
ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75%
batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak
dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di
halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut
adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke
timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke
barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain
itu, masih terdapat dua candi apit, empat candi kelir, dan empat candi sudut.
Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di
tengah dan bangunannya paling tinggi, Anda akan menemui empat ruangan. Satu
ruangan utama berisi arca Siwa, sementara tiga ruangan lain masing-masing
berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa).
Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda
yang diceritakan di atas.
Di candi Wisnu yang terletak di sebelah
utara candi Siwa, Anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca
Wisnu. Demikian juga candi Brahma yang terletak di sebelah selatan candi Siwa,
Anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah
candi Garuda yang terletak di dekat candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah
tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan
burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap
merah, berparuh dan bersayap mirip elang.
Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi
Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa diasosiasikan
dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani
Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang
terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa)
Candi Prambanan juga memiliki relief candi
yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita
Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah
pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan,
kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru
digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli
menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola
lingkungannya.
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan
kekuatan 5,9 pada skala menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini
menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk
di sana. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Prambanan,
khususnya candi Brahma. Hingga saat ini perbaikan masih terus dilakukan dan
beberapa di antaranya sudah rampung.
Untuk mencapai Prambanan, cukup mudah,
dengan berbagai macam pilihan penerbangan Anda bisa sampai ke Yogyakarta dan
dari pusat kota gudeg tersebut, Anda bisa menyewa mobil atau taksi menuju ke
candi Prambanan dengan waktu tempuh sekitar setengah jam
2.1.3 Keistimewaan
Candi Prambanan adalah pengejawantahan peradaban Hindu di tanah
Jawa. Hal ini dapat dilihat dari struktur candi yang menggambarkan inti
kepercayaan dalam agama Hindu, yaitu Trimurti. Kompleks Prambanan memiliki 3
candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi
tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Setiap candi utama
memiliki satu candi pendamping, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma,
dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir,
dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Keistimewaan Candi Prambanan lainnya yang wajib disaksikan oleh
wisatawan adalah keindahan relief-reliefnya yang menempel di dinding candi.
Kisah Ramayana menjadi relief utama candi ini. Namun, relief lain yang tak
kalah menarik adalah pohon kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai
pohon kehidupan, kelestarian, dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief
pohon kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini
menggambarkan betapa masyarakat Jawa abad ke-9 memiliki kearifan dalam
mengelola lingkungannya.
Bagi pengunjung yang ingin menuntaskan keingintahuannya terhadap
seluk-beluk Candi Prambanan, pengunjung dapat menyambangi sebuah museum yang
juga berada di kompleks candi. Di museum ini, pengunjung dapat menikmati audio
visual tentang sejarah ditemukannya Candi Prambanan hingga proses renovasinya
secara lengkap. Bagi wisatawan yang berkunjung bersama keluarga, di Candi Prambanan juga terdapat taman bermain untuk anak-anak dan
kereta mini yang dapat mengantarkan pengunjung mengelilingi kawasan wisata
tersebut.
Salah satu event wisata yang sayang untuk
dilewatkan adalah pementasan Sendratari Ramayana. Sendratari
Ramayana adalah seni pertunjukan yang menyatukan ragam kesenian Jawa seperti
tari, drama, dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan
kisah Ramayana, epos legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa
Sanskerta. Kisah Ramayana yang dibawakan dalam pertunjukan ini merupakan
penerjemahan dari relief yang terpahat di Candi Prambanan. Cerita Ramayana yang
terpahat di candi ini mirip dengan cerita yang berkembang dalam tradisi lisan
di India. Jalan cerita yang panjang dan menegangkan dirangkum dalam empat lakon
atau babak, yaitu: penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian
Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama—Sinta. Pementasan ini sudah
berjalan sejak tahun 1960-an dan dilaksanakan setiap bulan pada malam purnama.
2.1.4 Deskripsi Bangunan
Candi Prambanan
berbentuk bangunan yang menjulang khas arsitektur Hindu, dan tata letak
bangunan candi berupa Mandala, seperti Borobudur. Sebagai simbol
dunia/kosmos dalam ajaran Hindu, candi dibagi dalam tiga bagian baik ke
atas maupun ke samping. Bhurloka, yaitu bagian dasar candi,
juga bujursangkar luar menggambarkan dunia bawah. Tempat untuk orang biasa,
tempat yang kotor di mana angkara banyak terjadi. Daerah ini bukan daerah
suci. Bhuvarloka, yaitu bagian tengah candi dan bujursangkar tengah
pada komplek candi, melambangkan 'dunia tengah' sebuah tempat bagi mereka yang
telah meninggalkan nafsu duniawi yang kemudian dalam Hindu di kenal dengan
nama San Yasin. Tempat di mana orang mulai mendapat
pencerahan.Svarloka, yaitu puncak candi, dan bujursanngkar paling dalam
melukiskan dunia para dewa, tempat paling suci, dan bermahkota.
Candi Prambanan
memiliki tiga candi utama di halaman utama yang sama-sama menghadap ke
timur, yaitu Candi Wisnu (di sebelah utara), Brahma(di sebelah selatan),
dan Siwa (di tengah). Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam
kepercayaan Hindu. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang
menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda
untuk Wisnu, tiga candi itu disebut dengan candi Wahana, yaitu kendaraan dari
masing-masing dewa tersebut. Selain itu, masih terdapat dua candi apit, empat
candi kelir, dan empat candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224
candi.
Candi Prambanan
merupakan Candi Siwa karena selain bilik utama dari candi induk ditempati Dewa
Siwa sebagai Maha Dewa. Ukuran candinyapun lebih besar dari pada candi yang
lainnya. Candinya sendiri berukuran dasar 17x17 m dan ini berdiri di atas suatu
soubasement yang berukuran 34x34 m, tinggi candi keseluruhannya adalah 47 m
yang berdiri di atas suatu pondasi. Percandian Prambanan merupakan replica
gunung itu terbukti dengan adanya arca-arca dewa Lokapala yang terpahat pada kaki candi Siwa.
Candi Siwa ini
memiliki empat pintu masuk sesuai dengan keempat arah mata angin. Pintu
utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di kanan-kirinya
berdiri dua buah arca raksasa penjaga dengan membawa ganda yang merupakan
manifestasi dari Siwa itu sendiri. Di dalam candi terdapat empat ruangan yang
menghadap keempat arah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada
ditengah-tengah. Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang dibatasi oleh
pagar langkan. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita Ramayana yang dapat diikuti dengan
caraPradaksina (berjalan searah jarum jam) mulai dari pintu
utama. Hiasan-hiasan pada dinding sebelah luar
berupa Kinari-kinari (makhluk bertubuh burung berkepala
manusia), Kalamakara (kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang
mitologi) dan makhluk surgawi lainnya. Atap candi bertingkat-tingkat dengan
susunan yang amat komplek masing-masing dihiasi sejumlah Ratna(batu mulia)
dan puncaknya terdapat ratna terbesar.
Relung (berbentuk
seperti kubah) sisi selatan terdapat arca Bhatara Guru yaitu Agastya, yang
dilukiskan berdiri di atas padmasana atau singgasana. Bhatara Guru ini
digambarkan sebagai pendeta yang mempunyai janggut tebal serta berperut gendut.
Tangan kanannya dilipat ke depan dada dan tangan kiri memegang
kendi Kamandalu. Di samping tangan kanannya terdapat tombak yang ujungnya
berbentuk trisula. Tombak trisula tersebut dilukiskan dalam posisi berdiri,
terlihat seperti ditancapkan pada sebuah tempat tombak. Dipundak kirinya
terdapat camara. Bagian belakang arca terdapat prabhamandala yang berbentuk
oval tanpa hiasan.
Relung di sisi
barat terdapat arca Ganeca, dewa yang berkepala gajah ini adalah anak dewa
Siwa. Arca ini dilukiskan mempunyai empat buah tangan. Tangan bagian belakang
sebelah kanan membawa tasbih (aksamala) dan sebelah kiri memegang
kapak kecil. Cawan berbentuk tengkorak dipegang tangan kiri depan dan patahan
gading dipegang di tangan kanan depan. Ujung belalainya dimasukkan kedalam
cawan itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu
pengetahuan. Pada mahkotannya terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai
tanda bahwa ia anak Siwa Kepalanya memakai hiasan jata makuta yang tersusun.
Telinganya dilukiskan cukup lebar, memakai upawita yang berbentuk ukar, serta
ikat dada seperti untaian mutiara. Perutnya buncit. Ganeca ini tampak duduk
bersila dengan kedua telapak kakinya berhadapan.
Di relung sisi
utara terdapat arca Durga Mahisasuramardini. Dalam cerita rakyat setempat arca
ini dikenal sebagai arca Lara Jonggrang. Arca tersebut dilukiskan berdiri di
atas punggung kerbau dengan ekornya ditarik oleh salah satu tangannya. Arca
Durga ini mempunyai delapan tangan. Tangan sebelah kanan memegang cakra berapi,
kadga (pedang pendek), anak panah (sara) dan terdepan menarik ekor kerbau yang
diinjak. Tangan kirinya memegang Sangkha bersayap, perisai (khetaka), busur
serta menarik rambut asura yang berdiri di samping kirinya. Lembu yang
diinjak dewi Durga ini dalam posisi mendekam ke arah kiri dan kepala kerbau
diinjak oleh asura yang memegang gada. Asura ini dilukiskan berambut keriting,
mata melotot dan mulut setengah terbuka. Durga tampak memakai pakaian mewah
kepalanya memakai hiasan Jatamakuta dengan hiasan bunga, pada jamangnya
mempunyai bentuk dasar yang melebar dan tebal. Simbarnya memakai hiasan roset
Selain itu,
di sisi bagian dalam terdapat relief-relief yang menceritakan tentang
kisah Ramayana. Dari semua relief itu, diceritakan Rama merupakan
reinkarnasi dari Dewa Wisnu. Shinta adalah istri Rama dan Laksmana adalah adik
Rama, mereka berdua pergi ke hutan. Banyak peristiwa yang terjadi selama mereka
dalam perjalanan ke hutan. Shinta diculik oleh Rahwana, seorang raksasa yang
jahat dan dilarikan ke Kerajaan Rahwana di Alengka. Rama mendapat bantuan dari
Hanoman, raja dari Kerajaan Kera. Prajurit dari Kerajaan Kera dipimpin oleh
Rama bergerak ke Alengka. Bagian cerita ini sampai pada saat prajurit kera
membuat jembatan yang menghubungkan ke Kerajaan Alengka.
Sedangkan Candi
Brahma terletak di sebelah candi Siwa, bentuk dan ukurannya lebih kecil.
Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Ditinjau dari segi
arsitektur seperti halnya candi Siwa candi ini juga terdiri dari tiga bagian
yaitu kaki, badan dan atap candi. Kaki candi yang tingginya 3,30 m mempunyai
hiasan yaitu sebuah relung yang berisi motif prambanan, berupa singa diapit
oleh dua pohon kalpataru penuh dengan bunga-bunga teratai biru, putih dan
merah yang di bawahnya ada kinara dan kinari (makhluk
setengah manusia setengah dewa). Badan candi Brahma berdiri di atas
sebuah lapik yang sangat tinggi berukuran 2,80 m yang memiliki bagian-bagian
perbingkaian bawah, dinding dan perbingkaian atas. Atap candi Brahma
terdiri atas tiga tingkatan yang makin lama makin kecil ukurannya,
dan diakhiri oleh suatu kemuncak dengan puncaknya sebuah amalaka tinggi dan
besar.
Pada badan candi
terdapat bilik candi yang di dalamnya terdapat arca Brahma. Arca dilukiskan
berkepala empat yang masing-masing mukanya menghadap
ke empat arah mata angin. Keempat kepala masing-masing
memakai jatamakuta bersusun tiga. Bagian atasnya terdapat ikatan
rambut yang berupa untaian mutiara. Demikian juga jamangnya pada setiap dahi
arca terdapat hiasan roset yang amat indah. Hiasan telinganya dipahat dengan
sangat indah berupa untaian yang menjulur sampai ke bahu kiri dan
kanan. Tangannya berjumlah empat, kiri depan dalam posisi lurus
kebawah sambil memegang kendi, tangan kiri belakang sebatas siku dilipat keatas
sambil membawa camara. Demikian juga tangan kanan depan dilukiskan dalam posisi
ke bawah dengan memegang suatu benda yang tidak begitu jelas, sedangkan tangan
kanan belakang sebatas siku dilipat dan dilukiskan sedang memegang
tasbih.Keempat tangan ini dilukiskan mengenakan gelang
rangkap tiga yang berbentuk untaian mutiara. Kedua tangan depannya
baik yang sebelah kiri maupun kanan memakai kelat bahu.
Dan relief yang
terdapat pada candi Brahma merupakan lanjutan dari cerita Ramayana, tetapi ada
beberapa bagian yang tidak cocok karena perbaikan candi yang rusak
disebabkan gempa.
Candi
Wisnu sendiri merupakan salah satu candi utama yang terletak di
halaman pertama di samping candi Siwa dan candi Brahma, apabila candi Brahma
terletak di sebelah kanan atau selatan candi Siwa, maka candi Wisnu
terletak di sebelah kiri atau sebelah utara candi Siwa. Wisnu termasuk tokoh
kedua sesudah Brahma, sedang Siwa merupakan tokoh ketiga. Di dalam mitologi
India, Brahma adalah dewa perusak (prajapati). Wisnu adalah dewa
pemelihara (shiti) dan Siwa adalah dewa
perusak (praline). Dengan demikian, jelas bahwa candi Wisnu merupakan
salah satu candi yang mempunyai arti penting disamping candi Siwa dan Brahma.
Secara vertikal
bangunan candi Wisnu terdiri dari tiga bagian yaitu kaki candi, badan candi dan
atap candi. Kaki candi Wisnu berdenah bujur sangkar terdiri dari dua tingkat,
penampil depan di sebelah timur berfungsi sebagai pintu masuk ke bilik candi.
Kaki candi tingkat I mempunyai ukuran lebih luas dari pada bagian dasar kaki
candi tingkat II sehingga di bagian dasar kaki candi tingkat I berbentuk
selasar yang berfungsi sebagai lorong atau jalan untuk mengelilingi badan
candi. Badan candi terletak di atas kaki candi. Pada badan candi terdapat
bilik candi dengan ukuran ruangan panjang 5,36 m, lebar 5,35 m dan tinggi 11,5
m. di dalam bilik candi terdapat arca Wisnu. Bagian paling atas candi
yaitu atap candi. Atap candi Wisnu terdiri dari lima tingkat disusun makin ke
atas makin kecil dan bagian atas setiap tingkat dihiasi dengan bentuk-bentuk
amalaka kecil, sedang puncak atap berupa amalaka besar.
Arca utama pada
candi Wishnu dalam posisi berdiri diatas umpak berbentuk yoni, yang dipahatkan
menjadi satu dengan stela berbentuk lengkung. Jumlah tangannya ada empat, kedua
tangan belakang ditekuk ke atas, kedua tangan depan terletak di kanan kiri
pinggul dalam posisi sedikit ditekuk ke depan. Atribut pada tangan kanan
belakang adalah cakra berbentuk lidah api, pada tangan kiri belakang adalah
sangka bersayap. Pada tangan depan terdapat gada, pegangan gada terletak di
sebelah atas. Pada telapak tangan kiri depan terdapat tanda khas yaitu Sriwatsa
(segitiga).
Dewa ini
digambarkan berkepala satu dalam posisi tegak. Perhiasan pada kepala
berupa jatamakuta dengan jamang simbar lima serta sumping dan
anting-anting menjulur ke bahu. Kalung terdiri dari dua untaian. Pada dada
terdapat ikat dada dan upawia berupa untaian berpilin. Kainnya berupa
kain panjang hingga pergelangan kaki, sampurnya dua, uncal terletak di bawah
sampur. Pada kaki terdapat gelang kaki.
Dan relief yang
terdapat dalam candi Wisnu menggambarkan reinkarnasi Dewa Wisnu dalam bentuk
lain. Cerita ini sangat populer di India tetapi kurang diketahui di
Indonesia .
Candi Wahana
merupakan kelompok candi yang terletak pada halaman pertama merupakan bagian
terpenting setelah kelompok utama. Nama wahana mengandung pengertian kendaraan,
yaitu nama binatang yang digunakan untuk kendaraan para dewa. Pemberian nama
untuk kelompok candi didasarkan oleh adanya arca Nandini pada salah satu
candinya yang dianggap sebagai kendaraan dewa Siwa yang terletak di depan candi
Siwa. Selain candi Nandini yang terletak di depan candi Siwa, terdapat pula dua
buah candi yang terletak di depan candi Brahma yaitu candi Angsa dan di depan
candi Wisnu adalah candi Garuda.
Candi pendamping
yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu.
Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama
Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas,
berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang.
Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti
'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir
Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya
dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta
Amerta (air suci para dewa).
Relief-relif lain
yang terdapat pada candi prambanan yaitu relief burung yang nyata,
relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog
bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya
relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang
pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau
Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa.
Selain candi-candi
utama dan pendamping di atas, juga terdapat dua candi apit yang luas dasarnya
enam meter persegi dengan tinggi 16 meter. Ruangannya kosong. Keduanya terletak
di dekat gerbang masuk, mengapit dua candi, di sebelah barat dan timur candi.
Setiap candi Apit mempunyai satu pintu masuk yang menghadap ke arah utara dan
selatan. Bentuk dan struktur candi Apit hampir sama dengan candi yang lain di
kompleks Loro Jonggrang, hanya saja bentuk candi Apit kelihatan lebih ramping
dibanding candi yang lain karena bagian kaki yang lebih tinggi. Suatu hal yang
menarik dari candi Apit adalah adanya gambar singa dalam posisi duduk dengan
mulut terbuka lebar, salah satu singa di depan kaki sedang bangun. Dan candi
yang terletak di depan setiap gerbang masuk di sebelah selatan, utara, barat
dan timur merupakan candi Kelir yang berfungsi sebagai penolak balak. Candi ini
tidak memiliki tangga masuk, luas dasarnya sekitar 1,55 meter persegi dengan
tinggi 4,10 meter. Sedangkan candi yang terletak di setiap sudut serambi yang
terbuka dari candi utama di sebut dengan candi Sudut, ukurannya sama dengan
candi Kelir. Dan keempat candinyapun tidak memiliki pintu masuk. Untuk lebih
riilnya kita bisa observasi langsung di candi Prambanan untuk melihat bentuk
bangunan dan relief-reliefnya sekaligus menikmati keindahan candi peninggalan
Hindu ini.
2.2.1 Lokasi Museum Dirgantara Mandala
(AURI)
Museum terletak di
ujung Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman dan tepatnya berada
dikomplek Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, tidak jauh dari jalan
raya rute bus Yogyakarta Solo dengan cek point SD Angkasa. Jarak dari pusat
kota kurang lebih 6 kilometer ke arah timur. Museum ini dapat dijangkau dengan
sarana transportasi sebagai berikut :
Kendaraan pribadi
dapat langsung ke lokasi museum dengan pintu masuk tepat di sebelah SD Angkasa
Lanud Adisutjipto di tepi jalan raya rute Yogya-Solo.
Dari terminal bus
Yogyakarta, dapat menggunakan bus jurusan Solo atau bus kota jalur
7 menuju museum dengan cek point SD Angkasa.
Dari stasiun Tugu
Yogyakarta, menggunakan bus kota ke terminal bus dan dilanjutkan menuju
museum dengan cek point SD Angkasa seperti tersebut pada butir 2.
Dari Bandara
Adisutjipto menuju museum kurang lebih 3 km, dapat menggunakan taksi atau
kendaraan umum/bus-colt menuju ke Yogya, dengan cek point SD Angkasa.
2.2.2 Kronologi berdirinya Museum Dirgantara Mandala
(AURI)
Museum TNI AU diresmikan pada tanggal
4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Rusmin Nuryadin
berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit, Jakarta.
Dengan pertimbangan antara lain bahwa
Yogyakarta merupakan tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU periode 1945-1949
serta tempat penggodokan Karbol AAU, maka pada bulan November 1977 Museum AURI
di Jakarta dipindahkan dan diintegrasikan dengan Museum di Ksatrian AAU di
Pangkalan Adisutjipto, Yogyakarta, dan tanggal 29 Juli 1978 diresmikan sebagai
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Mengingat semakin bertambahnya
koleksi, maka pada tahun 1984 Museum dipindahkan ke Wonocatur menempati sebuah
gedung bersejarah. Gedung tersebut semasa penjajahan Belanda adalah sebuah
pabrik gula dan pada waktu pendudukan Jepang digunakan sebagai Depo Logistik.
Pada bulan Oktober 1945 BKR dan para pejuang kemerdekaan berhasil merebut
Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Lanud Adisutjipto) dari tangan Jepang,
termasuk segala unsur logistik dan fasilitasnya yang kemudian digunakan sebagai
unsur kekuatan awal TNI Angkatan Udara.
2.2.3 Keistimewaan
2.3.1 Lokasi Candi Borobudur
Borobudur
adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat
daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
2.3.2 Sejarah Candi Borobudur
Banyak buku – buku
sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi
Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti
namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9
dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
* Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
* Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
* Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
* Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak akan pernah masuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam.
Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sehingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9
dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
* Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
* Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
* Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
* Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak akan pernah masuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam.
Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sehingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi
Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur
mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi
setelah restorasi Van Erp
walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutama tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam,
namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi dan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu,
Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM
bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti tersebut di tanda tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
2.3.3 Bentuk Bangunan Candi Borobudur
Bangunan candi Borobudur berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari
atas merupakan suatu bujur sangkar. Tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk,
melainkan hanya bisa naik sampai terasnya. Secara keseluruhan Bangunan candi
Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing-masing tingkat
mempunyai maksud tersendiri. Sebagai sebuah bangunan, candi Borobudur dapat
dibagi dalam tiga bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh atau
bagian pusat, dan puncak. Pembagian manjadi tiga tersebut sesuai benar dengan
tiga lambang atau tingkat dalam suatu ajaran Budha yaitu Kamadhatu, Rupadhatu,
dan Arupadhatu yang masing-masing mempunyai pengertian.
1) Kamadhatu
Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat atau nafsu. Dalam dunia ini
manusia terikat pada hasrat atau nafsu dan bahkan dikuasai oleh hasrat dan
kemauan atau nafsu. Dalam dunia ini digambarkan pada relief yang terdapat di
kaki candi asli diman relief tersebut menggambarkan adegan dari kitab
Karmawibangga yaitu naskah yang menggambarkan ajaran sebab akibat,serta
perbuatan yang baik dan jahat. Deretan relief ini tidak tampak seluruhnya
karena tertutup oleh dasar candi yang lebar. Hanya di sisi tenggara tampak
relief yang terbuka bagi pengunjung.
2) Rupadhatu
Sama dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk, wujud. Dalam dunia ini
manusia telah meninggalkan segala hasrat atau nafsu tetapi masih terikat pada
nama dan rupa, wujud, bentuk. Bagian ini terdapat pada tingkat 1-5 yang
berbentuk bujur sangkar.
3) Arupadhatu
Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa, wujud, bentuk. Pada tingkat
ini manusia telah bebes sama sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamanya
segala ikatan pada dunia fana. Pada tingkatan ini tidak ada rupa. Bagian ini
terdapat pada teras bundar I, II dan III beserta stupa induknya.
Uraian bangunan secara teknis dapat dirincikan sebagai berikut:
1) lebar dasar : 123 m (lebar dan panjang
sama panjang, karena berbentuk bujur sangkar);
2) tinggi bangunan : 35,4 m (setelah
restorasi), 42 m (sebelum restorasi);
3) jumlah batu (batu andesit) : 55.000 m3 (2.000.000
juta balok batu);
4) jumlah stupa : 1 stupa induk, 72
stupa berterawang;
5) stupa induk bergaris tengah : 9,9 m;
6) tinggi stupa induk sampai bagian bawah : 7
m;
7) jumlah bidang relief : 1.460 bidang (± 2,3
km sampai 3 km);
8) jumlah patung Budha : 504 buah;
9) tinggi patung Budha : 1,5 m.
Borobudur adalah nama sebuah candi
Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi
candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para
penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk
bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya
dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.
Bentuk Bangunan
- Denah Candi Borobudur ukuran panjang
121,66 meter dan lebar 121,38 meter.
– Tinggi 35,40 meter.
– Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.
– Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
– Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.
– Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan ber-pradaksina.
– Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)
– Tinggi 35,40 meter.
– Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.
– Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
– Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.
– Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan ber-pradaksina.
– Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)
Gambar Arca Budha dan Stupa Borobudur:
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur
menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattya yang harus dilalui untuk mencapai
kesempurnaan menjadi Buddha.
2.3.4 Nama Candi Borobudur
ASAL USUL NAMA
BOROBUDUR
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
2.4.1 Lokasi Malioboro
Kawasan Malioboro
terletak di Jl. Malioboro, Kota Yogyakarta, DIY, Indonesia. Berjarak sekitar
800 m dariKeraton Ngayogyakarto.
2.4.2 Nama Malioboro
Asal Mula Nama Jalan Malioboro Yogyakarta yang merupakan sebuah tafsir tentang kearifan
luhur atas seruas marga Sang Raja yang menautkan antara Keraton dan Merapi.
Jalan Malioboro yang selama ini akrab bagi para wisatawan Yogyakarta yang tetap istimewa memang menyediakan aneka fasilitas
belanja murah dan hemat selain juga yang mahal karena mutu.
“Jalan raya itu telah ditata dan digunakan untuk keperluan
upacara tertentu sekitar lima puluh tahun sebelum Inggris berkuasa di Jawa,”
ungkap Peter Brian Ramsey Carey, “dan kemungkinan hal itu telah dikenal
sebagai 'Jalan Maliabara' sejak awalnya.”
Peter B.R. Carey mengungkapkan hal tersebut dalam tulisannya Jalan Maliabara ( 'Garland Bearing Street' ): The Etymology and Historical Origins of a much Misunderstood Yogyakarta Street Name yang terbit dalam jurnal Archipel, Volume 27, 1984. Carey merupakan Emeritus Professor di Trinity College, Oxford, Inggris. Kini, dia juga menjabat sebagai Adjunct Professor di Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.
Perdamaian Giyanti yang ditandatangani pada 22 Rabiulakhir 1680 dalam kalender Jawa, atau 12 Februari 1755, telah membagi kekuasaan Tanah Jawa menjadi Kasusunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Pembangunan bangunan inti Keraton Kasultanan Ngayogyakartaselesai pada 7 Oktober 1756, yang kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai hari jadi Kota Yogyakarta. Bahasa Sansekerta telah berpengaruh dalam budaya dan sastra Jawa kuno. Carey menemukan sebuah petunjuk tentang asal nama Yogyakarta. Nama “Ngayogyakarta” rupanya berasal dari bahasa Sansekerta Ayodhya ( bahasa Jawa: “Ngayodya”), demikian hemat Carey. Dari penjelasanCarey tersebut, sepertinya kita harus menghormati kearifan pendiri kota ini dengan tetap melafalkan "Yogya" meskipun nama kota ini kerap ditulis sebagai "Jogja".
Ayodhya, menurutnya, merupakan kota dari Sang Rama, seorang pahlawan India dalam wiracarita Ramayana. Demikian juga dengan nama Jalan “Maliabara”—atau yang biasa ditulis sebagai Malioboro—Carey berpendapat istilah itu diduga diadopsi juga dari bahasa Sansekerta “malyabhara”.
Istilah Sansekerta “malya” ( untaian bunga ), “malyakarma” ( merawat untaian bunga ), “malyabharin” (menyandang untaian bunga) menurut Carey dapat ditemukan dalam kisah Jawa kuno. Ketiganya bisa dicari dalam kitab Ramayana abad ke-9, kitab Adiparwa dan Wirathaparwaabad ke -10, dan Parthawijaya abad ke -14. Sayangnya, ungkap Carey dalam jurnal tersebut, istilah tersebut tampaknya tidak ditemukan dalam naskah kontemporer yang berkait dengan pendirian Keraton Ngayogyakarta oleh Mangkubumi pada pertengahan abad ke -18.
Peter B.R. Carey mengungkapkan hal tersebut dalam tulisannya Jalan Maliabara ( 'Garland Bearing Street' ): The Etymology and Historical Origins of a much Misunderstood Yogyakarta Street Name yang terbit dalam jurnal Archipel, Volume 27, 1984. Carey merupakan Emeritus Professor di Trinity College, Oxford, Inggris. Kini, dia juga menjabat sebagai Adjunct Professor di Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.
Perdamaian Giyanti yang ditandatangani pada 22 Rabiulakhir 1680 dalam kalender Jawa, atau 12 Februari 1755, telah membagi kekuasaan Tanah Jawa menjadi Kasusunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Pembangunan bangunan inti Keraton Kasultanan Ngayogyakartaselesai pada 7 Oktober 1756, yang kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai hari jadi Kota Yogyakarta. Bahasa Sansekerta telah berpengaruh dalam budaya dan sastra Jawa kuno. Carey menemukan sebuah petunjuk tentang asal nama Yogyakarta. Nama “Ngayogyakarta” rupanya berasal dari bahasa Sansekerta Ayodhya ( bahasa Jawa: “Ngayodya”), demikian hemat Carey. Dari penjelasanCarey tersebut, sepertinya kita harus menghormati kearifan pendiri kota ini dengan tetap melafalkan "Yogya" meskipun nama kota ini kerap ditulis sebagai "Jogja".
Ayodhya, menurutnya, merupakan kota dari Sang Rama, seorang pahlawan India dalam wiracarita Ramayana. Demikian juga dengan nama Jalan “Maliabara”—atau yang biasa ditulis sebagai Malioboro—Carey berpendapat istilah itu diduga diadopsi juga dari bahasa Sansekerta “malyabhara”.
Istilah Sansekerta “malya” ( untaian bunga ), “malyakarma” ( merawat untaian bunga ), “malyabharin” (menyandang untaian bunga) menurut Carey dapat ditemukan dalam kisah Jawa kuno. Ketiganya bisa dicari dalam kitab Ramayana abad ke-9, kitab Adiparwa dan Wirathaparwaabad ke -10, dan Parthawijaya abad ke -14. Sayangnya, ungkap Carey dalam jurnal tersebut, istilah tersebut tampaknya tidak ditemukan dalam naskah kontemporer yang berkait dengan pendirian Keraton Ngayogyakarta oleh Mangkubumi pada pertengahan abad ke -18.
Namun, pada kenyataannya Jalan
Maliabara menjadi rajamarga yang berfungsi sebagai jalan raya
seremonial yang membelah jantung kota, menautkan hubungan sakral nan filosofis
antara Keraton dan Gunung
Merapi.
Carey mencoba menengok tradisi dalam kota India dengan jalan raya utama yang membentang dari Timur ke Barat dan dari Utara ke Selatan. “Malioboro [ Maliabara ] membentang dari Selatan ke Utara,” ungkapnya, “dan kemungkinan sebagai rajamarga atau jalan sang raja.”
Sebagai jalan raya utama atau rajamarga, segala upacara penyambutan tamu agung sejak gubernur lenderal di zaman Hindia Belanda sampai presiden di zaman sekarang selalu melintasi jalan bersejarah tersebut.
Penjelasan Carey dalam jurnal tersebut secara arif menegaskan kembali bahwa Maliabara bukan berasal dari nama “Marlborough” yang mengacu kepada sosok orang Inggris, John Churchill, First Duke of Marlborough ( 1650 -1722 ).
Carey mencoba menengok tradisi dalam kota India dengan jalan raya utama yang membentang dari Timur ke Barat dan dari Utara ke Selatan. “Malioboro [ Maliabara ] membentang dari Selatan ke Utara,” ungkapnya, “dan kemungkinan sebagai rajamarga atau jalan sang raja.”
Sebagai jalan raya utama atau rajamarga, segala upacara penyambutan tamu agung sejak gubernur lenderal di zaman Hindia Belanda sampai presiden di zaman sekarang selalu melintasi jalan bersejarah tersebut.
Penjelasan Carey dalam jurnal tersebut secara arif menegaskan kembali bahwa Maliabara bukan berasal dari nama “Marlborough” yang mengacu kepada sosok orang Inggris, John Churchill, First Duke of Marlborough ( 1650 -1722 ).
“Argumen yang pernah disampaikan beberapa pihak bahwa
Keraton Yogyakarta mengganti nama jalan utama ibu kota mereka karena begitu
terkesan dengan Inggris dan Letnan - Gubernur Thomas Stamford Raffles,” tulis
Carey, “harus jelas ditolak sebagai alasan yang tidak masuk akal.”
Dari pemeriksaan Carey tadi, tampaknya leluhur Kota Yogyakarta telah mentahbiskan nama “Maliabara” dengan merujuk bahasa Sansekerta “malyabhara”. Mungkin kita bisa menafsirkan makna sastrawinya sebagai “seruas marga sang raja dengan semarak untaian bunga - bunga”—keindahan yang sempurna.
Dari pemeriksaan Carey tadi, tampaknya leluhur Kota Yogyakarta telah mentahbiskan nama “Maliabara” dengan merujuk bahasa Sansekerta “malyabhara”. Mungkin kita bisa menafsirkan makna sastrawinya sebagai “seruas marga sang raja dengan semarak untaian bunga - bunga”—keindahan yang sempurna.
2.4.3 keunikan Malioboro
Pariwisata
Yogyakarta memiliki pesona dan keunikan budaya yang sangat khas. Jangan suatu
daerah menjadikan budaya dan tradisi masyarakat menjadi objek wisata yang
dicari.Yogyakarta juga sangat kental dengan tradisi keratonnya, gedung
bersejarah, pasar rakyat dengan segala keunikannya, kesibukan mahasiswa dan
berbagai keunikan lainnya yang jarang kita dapatkan didaerah lain.
Kali ini kita akan melihat lebih dalam tentang jalan Malioboro yang sangat terkenal itu. Jalannya sih biasa saja, tetapi dengan segala keunikan para pedagang yang menjajakan berbagai pernik, batik, makanan, dan juga para pengamen mahasiswa yang membawa peralatan yang lengkap. Kalau kita duduk dan makan dilesehan berbagai angkringan di malam hari kita benar-benar merasakan kehangatan, keramahan dan keunikan Yogya.
Kali ini kita akan melihat lebih dalam tentang jalan Malioboro yang sangat terkenal itu. Jalannya sih biasa saja, tetapi dengan segala keunikan para pedagang yang menjajakan berbagai pernik, batik, makanan, dan juga para pengamen mahasiswa yang membawa peralatan yang lengkap. Kalau kita duduk dan makan dilesehan berbagai angkringan di malam hari kita benar-benar merasakan kehangatan, keramahan dan keunikan Yogya.
Jalan Malioboro terletak di jantung Daerah
Istimwewa Yogyakarta. Jalan tersebut berada antara jalan Jenderal Ahmad Yani
dan jalan Abu Bakar Ali. Dijalan ini ada Kantor DPRD Di Yogyakarta.
Jalan Malioboro merupakan salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta. Ujung timur jalan ini berada di perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. |
Jalan Malioboro
sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas
jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas
jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman
yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis,
hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
Jalan Malioboro
memiliki sentuhan budaya, seni, dan karakter masyarakat Jawa Yogyakarta yang
kental. Mulai dari adanya andong, becak, lapak-lapak masyarakat berjualan,
pengamen dan sebagainya yang justru menjadi ciri yang khas dari
Yogyakarta.Malioboro sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti
karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik
wisatawan. Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.
Pada awalnya jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke Keraton atau kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan (Kantor DPRD). Namun keberadaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian di kawasan tersebut.
Orang-orang Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu. Sekarang pasar ini sangat ramai dan mewarnai Jalan Malioboro sebagai pusat belanja yang terkenal murah dan banyak ragamnya. Mulai dari pakaian batik, pernak pernik, sepatu, tas kulit, barang kerajinan dan seni.
Pada awalnya jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke Keraton atau kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan (Kantor DPRD). Namun keberadaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian di kawasan tersebut.
Orang-orang Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu. Sekarang pasar ini sangat ramai dan mewarnai Jalan Malioboro sebagai pusat belanja yang terkenal murah dan banyak ragamnya. Mulai dari pakaian batik, pernak pernik, sepatu, tas kulit, barang kerajinan dan seni.
Bagi penggemar
cinderamata, Malioboro menjadi surga perburuan yang asyik. Banyak sekali yang
dapat dilihat disini. Ada miniatur sepeda, becak, kapal vinisi, patung-patung
prajurit keraton dan sebagainya. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar
aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman
tersendiri.
Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa pulang dengan harga yang terbilang murah.
Selesai jalan-jalan sambil berbelanja, jika lapar kita bisa memilih berbagai menu di lapak-lapak lesehan yang tersedia. Selain beragam rasa harganya juga tergolong ekonomi. Untuk pulau kita bisa memilih becak atau andong.Datang ke Yogya belum dianggap datang kalau belum ke Jalan Malioboro begitu kata orang Yogya, mungkin kalimat ini ada benarnya kalau kita sudah kesana bisa merasakan keunikan Yogyakarta, yang pasti nama jalan ini sudah hampir sama dengan kota Jogja itu sendiri. Konon, ada yang bilang Jalan Malioboro yang terletak 800 meter di utara Kraton Yogyakarta ini, dulunya dipenuhi karangan bunga setiap kali kraton melaksanakan perayaan.
Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa pulang dengan harga yang terbilang murah.
Selesai jalan-jalan sambil berbelanja, jika lapar kita bisa memilih berbagai menu di lapak-lapak lesehan yang tersedia. Selain beragam rasa harganya juga tergolong ekonomi. Untuk pulau kita bisa memilih becak atau andong.Datang ke Yogya belum dianggap datang kalau belum ke Jalan Malioboro begitu kata orang Yogya, mungkin kalimat ini ada benarnya kalau kita sudah kesana bisa merasakan keunikan Yogyakarta, yang pasti nama jalan ini sudah hampir sama dengan kota Jogja itu sendiri. Konon, ada yang bilang Jalan Malioboro yang terletak 800 meter di utara Kraton Yogyakarta ini, dulunya dipenuhi karangan bunga setiap kali kraton melaksanakan perayaan.
Berbelanja
Dimalioboro
Tempat ini akan
memuaskan hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah.
Berbelanja di kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu
dengan harga yang ditawarkan. Biasanya para penjual menaikkan harga dari
biasanya bagi para wisatawan.Pengalaman lain dari wisata belanja ini
ketika terjadi tawar menawar harga, dengan pertemuan budaya yang berbeda akan
terjadi komunikasi yang unik dengan logat bahasa yang berbeda. Jika beruntung,
bisa berkurang sepertiga atau bahkan separohnya.
Tak lupa mampir ke
Pasar Beringharjo, di tempat ini kita banyak dijumpai beraneka produk
tradisional yang lebih lengkap. Di pasar ini kita bisa menjumpai produk dari
kota tetangga seperti batik Solo dan Pekalongan. Mencari batik tulis atau batik
print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta
sprei indah bermotif batik. Menjelang malam jalan Malioboro juga dipenuhi
dengan aneka pedagang kuliner. Anda bisa menikmati aneka kuliner sembari duduk
lesehan dan diiringi lagu-lagu dari para pengamen jalanan. Tersedia pula
angkringan khas Jogja yang siap menjamu Anda dengan hidangan khasnya.
Benar-benar asik bukan? So, ojo lali yo sempatkan diri Anda berkunjung ke
Jogja.Untuk menuju ke Malioboro aksesnya sangat mudah karena terletak di pusat
Kota Jogja. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi Anda dari Tugu Jogja terus
menuju ke Selatan. Agar lebih mudah Anda bisa menanyakan ke penduduk local.
Malioboro terus bercerita dengan kisahnya, dari pagi sampai menjelang tengah
malam terus berdegup mengiringi aktifitas yang silih berganti. Tengah malam
sepanjang jalan Malioboro mengalun lebih pelan dan tenang. Warung lesehan
merubah suasana dengan deru musisi jalanan dengan lagu-lagu nostalgia.
Berbagai jenis
menu makanan ditawarkan para pedagang kepada pengunjung yang menikmati suasana
malam kawasan Malioboro. Bagi penggemar cinderamata, Malioboro menjadi
surga perburuan yang asyik. Banyak sekali yang dapat dilihat disini. Ada
miniatur sepeda, becak, kapal vinisi, patung-patung prajurit keraton dan
sebagainya. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar aneka barang yang dijual
oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri.Aneka cinderamata
buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit,
blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci
semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut
bisa dibawa pulang dengan harga yang terbilang murah.
Menyusuri
sepanjang Malioboro memberi pengalaman tersendiri untuk Anda. Di sepanjang
jalan, Anda bisa menjumpai berbagai macam souvenir khas Jogja seperti kerajinan
perak, rotan, wayang kulit, batik dan juga blangkon. Aneka macam souvenir ini
bisa Anda peroleh dengan harga terjangkau. Apalagi jika Anda pandai menawar.
Beraneka macam jajanan khas Jogja seperti bakpia, pecel, es dawet dan sate
gajih pun bisa Anda jumpai di sana. Selesai jalan-jalan sambil berbelanja, jika
lapar kita bisa memilih berbagai menu di lapak-lapak lesehan yang tersedia.
Selain beragam rasa harganya juga tergolong ekonomi. Untuk pulau
kita bisa memilih becak atau andong.
Kali ini kita akan melihat lebih dalam tentang jalan Malioboro yang sangat terkenal itu. Jalannya sih biasa saja, tetapi dengan segala keunikan para pedagang yang menjajakan berbagai pernik, batik, makanan, dan juga para pengamen mahasiswa yang membawa peralatan yang lengkap. Kalau kita duduk dan makan dilesehan berbagai angkringan di malam hari kita benar-benar merasakan kehangatan, keramahan dan keunikan Yogya.Malioboro itulah yang bisa sayaa ucapkan,mulai dari jalan,jajanan,pernak pernik,oleh-oleh,pakaian murah dan masih banyak lagi .itu semua bisa kita dapatkan di malioboro.
Kali ini kita akan melihat lebih dalam tentang jalan Malioboro yang sangat terkenal itu. Jalannya sih biasa saja, tetapi dengan segala keunikan para pedagang yang menjajakan berbagai pernik, batik, makanan, dan juga para pengamen mahasiswa yang membawa peralatan yang lengkap. Kalau kita duduk dan makan dilesehan berbagai angkringan di malam hari kita benar-benar merasakan kehangatan, keramahan dan keunikan Yogya.Malioboro itulah yang bisa sayaa ucapkan,mulai dari jalan,jajanan,pernak pernik,oleh-oleh,pakaian murah dan masih banyak lagi .itu semua bisa kita dapatkan di malioboro.
Suasana yang sejuk
dan orang-orangnya yang ramah tamah membuat kita tidak akan melupakan
kesan-kesan kita dimalioboro.pokoknya kalau diungkapkan dengan kata-kata tidak
akan habisnya. Siang dan malam bagaikan sama saja tidak ada hal-hal yang
membosan kan di malioboro. Hanya saja jika kalian mau berbelanja harus jeli dan
jangan terkecoh. Karena biasanya para penjual akan menjual dengan harga yang
terbilang tinggi,jadi jangan sungkan menawar.
Biasanya ada
festival yang memeriahkan malioboro, siang malam dimalioboro seperti tidak ada
pembatas bagi kita untuk menyelusuri malioboro lebih dalam lagi dan lebih lama
lagi. Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Malioboro
terus berpendar hingga kini dan menginspirasi banyak orang, serta memaksa
mereka untuk terus kembali ke Yogyakarta. Seperti kalimat awal yang ada dalam
sajak Melodia karya Umbu Landu Paranggi "Cintalah yang membuat diriku
betah sesekali bertahan", kenangan dan kecintaan banyak orang terhadap
Malioboro lah yang membuat ruas jalan ini terus bertahan hingga kini.Datang ke
Yogya belum dianggap datang kalau belum ke Jalan Malioboro begitu kata orang
Yogya, mungkin kalimat ini ada benarnya kalau kita sudah kesana bisa merasakan
keunikan Yogyakarta, yang pasti nama jalan ini sudah hampir sama dengan kota
Jogja itu sendiri. Konon, ada yang bilang Jalan Malioboro yang terletak 800
meter di utara Kraton Yogyakarta ini, dulunya dipenuhi karangan bunga setiap
kali kraton melaksanakan perayaan.
2.5 taman
pintar
2.5.1 Lokasi taman
pintar
Taman
Pintar berada di tengah pusat kota Yogyakarta. Selain berdekatan dengan beberapa
objek wisata seperti Benteng Vredeburg dan Malioboro, letak taman ini juga tak
jauh dari Istana Negara dan Kraton Yogyakarta. Lokasi yang strategis seperti
ini yang membuat Taman Pintar mudah dikunjungi.
2.5.2 sejarah taman pintar.
Sejak
terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90-an, terutama Teknologi
Informasi, pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia menuju era
tanpa batas. Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan
tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi perbaikan kualitas hidup manusia.
Menghadapi realitas perkembangan dunia
semacam itu, dan wujud kepedulian terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota
Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk Pembangunan "Taman Pintar".
Disebut "Taman Pintar", karena di kawasan ini nantinya para siswa,
mulai pra sekolah sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa memperdalam
pemahaman soal materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah dan
sekaligus berekreasi.
Dengan Target Pembangunan Taman Pintar adalah
memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas
kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya
menjadi sasaran eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk
dapat menciptakan teknologi sendiri.Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks
kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat
antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya,
seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.
Relokasi area mulai dilakukan pada tahun
2004, dilanjutkan dengan tahapan pembangunan Tahap I adalah Playground dan
Gedung PAUD Barat serta PAUD Timur, yang diresmikan dalam Soft Opening I
tanggal 20 Mei 2006 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo.
Pembangunan Tahap II adalah Gedung Oval
lantai I dan II serta Gedung Kotak lantai I, yang diresmikan dalam Soft Opening
II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo, bersama Menristek,
Kusmayanto Kadiman, serta dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku
Buwono X.
Pembangunan Tahap III adalah Gedung
Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden dan Gedung Memorabilia.
Dengan selesainya tahapan pembangunan,
Grand Opening Taman Pintar dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2008 yang
diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
2.5.3 keunikan taman pintar
ZONA KHUSUS ANAK
Di antara
Playground Arena terdapat Zona Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang khusus
diperuntukkan bagi anak usia 2-7 tahun. Zona ini terbagi atas 2 gedung yaitu
gedung barat dan gedung timur.
Karena sudah tidak
memenuhi persyaratan umur, YogYES tidak bisa masuk ke dalam kedua gedung ini.
Namun dari papan yang terpampang di depan gedung-gedung tersebut, kita bisa
tahu bahwa gedung PAUD barat terdiri atas Ruang Tunggu, Ruang Sains dan
Teknologi, Perpustakaan, Ruang Profesi, Ruang Budaya dan Religi. Sementara
gedung PAUD timur terdiri atas Ruang Tunggu, Ruang Komputer Kids, Ruang Puzzle
Balok, Ruang Pertunjukan dan Karaoke, serta Ruang Petualangan.
GEDUNG OVAL
Setelah mengitari
Playground Arena dan melihat gedung-gedung PAUD dari depan, YogYES memutuskan
untuk masuk ke dalam Gedung Oval. Untuk masuk ke dalam gedung ini, anak-anak
hanya harus membayar Rp. 5000 rupiah, orang dewasa Rp. 10.000 rupiah, sementara
tersedia harga khusus bagi tamu rombongan siswa dan guru.
Begitu masuk, kita
akan sampai di ruang depan, dimana terdapat layar TV di lantai di sayap kanan
dan kiri ruangan yang menayangkan video penelitian tentang terbentuknya alam
semesta, kehidupan pra sejarah, dll. Dari ruang depan itu nampak sebuah
terowongan pendek yang ternyata adalah sebuah terowongan bawah air yang
menembus Aquarium Air Tawar. Dari balik kaca yang memisahkan terowongan dengan
aquarium, nampak aneka jenis ikan air tawar mulai dari lele, gurami, dsb
berenang-renang dengan bebas.
Keluar dari
terowongan, YogYES dikejutkan oleh sebuah patung dinosaurus besar yang meraung
mengerikan. Ternyata patung itu adalah "sambutan" bagi kita yang akan
segera memasuki Dome Area (area kubah). Sebuah ruangan berbentuk lingkaran yang
besar dan tinggi segera nampak. Di pinggir ruangan ini ada beberapa stand yang
memeragakan alat-alat iptek sederhana seperti Whimshurst Machine, Generator Van
de Graft, Air track (rel udara), peta kenampakan alam Indonesia lengkap dengan
lampu-lampu kecil warna-warni yang menandai letak gunung, sungai, danau, dsb,
pemadam kebakaran otomatis, pendeteksi banjir, tempat wudhu otomatis yang
langsung menyala begitu kita injak lantainya, dsb. Beberapa gambar dan diorama
kehidupan pra sejarah juga terdapat di lantai ini.
Setelah itu ada
jalan memutar naik ke lantai 2 dengan foto tokoh-tokoh dunia seperti
Copernicus, Einstein, dsb serta poster planet-planet tata surya kita di
sepanjang dindingnya. Lantai 2 gedung oval berisi alat peraga tentang alam
semesta, bumi kita, simulator gempa, simulator dan detector tsunami, peraga
listrik, teknologi konstruksi, zona telekomunikasi dan try science around the
world.
Selain Gedung
Oval, masih ada lagi Gedung Kotak. Dalam gedung ini terdapat bioskop 4 Dimensi
yang dapat Anda nikmati bersama kelurga. Cukup membayar Rp. 15.000 per orang
untuk menonton satu film. Rencananya di Gedung Kotak ini juga akan terdapat
Exhibition Hall, Ruang Audiovisual, Radio Anak jogja, Souvenir Counter, zona
materi dasar dan penerapan iptek, laboratorium sains, serta Courses
Classes.
Secara
keseluruhan, Taman Pintar ini cukup representatif dan cukup mendidik, sehingga
layak menjadi salah satu alternatif tempat wisata keluarga dan anak-anak.
2.5.4 zona yang ada di taman pintar.
·
Playground
Sebagai ruang
publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman Pintar. Menyediakan berbagai
peralatan peraga yang menyenangkan bagi anak dan keluarga. Dapat diakses secara
cuma-cuma/gratis
·
Gedung PAUD Barat dan Gedung PAUD
Timur
Menampilkan
peralatan peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak, khususnya anak usia
Pra-TK sampai dengan TK.
·
Gedung Oval - Kotak
Menampilkan
berbagai peralatan peraga berbasis edukasi sains yang dikemas menyenangkan dan
dapat diperagakan. Dapat diakses oleh semua lapisan pengunjung.
·
Gedung Memorabilia
Menampilkan
peralatan peraga tentang pengetahuan sejarah Indonesia, seperti sejarah
Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta, Tokoh-tokoh Pendidikan, dan Tokoh-tokoh
Presiden RI hingga saat ini
·
Planetarium
Menampilkan
peralatan peraga berbentuk pertunjukan film pengetahuan tentang antariksa dan
tata surya
2.6 keraton
djogjakarta
2.6.1
lokasi keraton djogjakarta.
Keraton
Yogyakarta berlokasi di pusat kota Yogyakarta. Halaman depan Keraton berupa Alun-alun
Utara Yogyakarta dan halaman belakang Keraton berupa Alun-alun Selatan
Yogyakarta.
2.6.2
sejarah keraton djogjakarta.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istanaresmi Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat.
Keraton adalah sebuah istana, yang mengandung arti, arti keagamaan, arti
filsafat dan arti kebudayaan. Lokasi Keraton adalah bekas sebuah pesanggarahan
yang bernama Garjitawati yang digunakan untuk istirahat
iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan
dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi Keraton
merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan
Beringin. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I
berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawangyang sekarang termasuk wilayah
Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Dalam buku “Arti Keraton Yogyakarta” karangan K.P.H Brongtodiningrat,
disebutkan bahwa Keraton terletak di tengah-tengah, tetapi daerah Keraton
membentang antara Sungai Code dan Sungai Winanga, dari utara ke selatan, dari
Tugu sampai Krapyak. Nama kampung-kampung jelas memberi bukti, misalnya kampung
Gandekan (tempat tinggal gandek-gandek/kurir), Wirobrajan (tempat tinggal
prajurit-prajurit wirobraja), serta Pasindenan (penyanyi-penyanyi Keraton).
Arsitek dari Keraton Yogyakarta adalah Sri Sultan Hamengku Buwono I. ketika
muda, beliau bergelar Pangeran Mangkubumi Sukowati. Keraton Yogyakarta dibangun
beberapa bulan pascaPerjanjian
Giyanti pada tahun
1756 atau pada tahun Jawa 1682.
2.6.3 Bagian-Bagian Keraton
Dengan luas 14.000 meter persegi, Keraton Yogyakarta terdiri dari berbagai
bangunan, halaman dan lapangan. Kompleks Keraton dikelilingi tembok lebar yang
disebut beteng yang terdapat bgang atau jalan untuk menyimpan
senjata dan amunisi, dan di keempat sudutnya terdapat bastion-bastion dengan
lobang kecil untuk mengintai musuh.dari luar beteng itu dikelilingi parit lebar
dan dalam. Terdapat lima buah plengkungatau pintu gerbang yang
menghubungkan. Kompleks Keraton dari utara ke selatan yaitu:
a) Tugu
Simbol bersatunya
kawula lan Gusti bersatunya hamba dan Tuhan
b) Kepatihan
Lambang godaan
akan kedudukan atau kepangkatan. Di tempat inilah pada zamannya diselenggarakan
kegiatan pemerintahan sehari-hari kerajaan. Sejak tahun 1945 kantor Perdana
Menteri Kesultanan Yogyakarta ini menjadi kompleks kantor Gubernur/Kepala
Daerah Istimewa dan PemProv DIY.
c) Pasar
Beringharjo
Berlokasi di sisi
timur jalan Jend. A Yani, pasar Beringharjo sampai saat ini menjadi salah satu
pasar induk di Yogyakarta. Sekarang pasar ini jauh berbeda dengan aslinya.
Bangunannya yang megah terdiri dari tiga lantai dan dibagi dalam dua sektor
barat dan timur yang dibatasi oleh jalan kecil. Pasar ini digambarkan sebagai
pusat godaan setelah kita mengambil jalan lurus, yaitu berupa godaan akan wanita
cantik, makanan yang lezat serta barang-barang mewah.
d) Alun-alun
utara
Dihias dengan
pohon beringin 64. Alun-alun mnggambarkan suasana “nglangut”; suasana
tanpa tepi, suasana batin kita dalam semadi. Di tengah-tengahnya terdapat
sepasang pohon beringin yang diberi pagar yang disebut denganWaringin
Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang dipagari). Kedua pohon ini diberi
nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru. Pohon beringin di tengah alun-alun
menggambarkan suasana, seakan-akan kita berpisah dari diri kita
sendiri.Pengurakan menggambarkan goda-goda dalam semadi. Pada zaman dahulu
Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan upacara
kerajaan yang melibatkan rakyat banyak. Di antaranya adalah upacara garebeg
serta sekaten.
e) Pagelaran
Tiangnya berjumlah
64 yang menyiratkan usia Nabi Muhammad saat wafat jika dihitung berdasarkan
penanggalan Jawa. Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para punggawa
kesultanan menghadap Sultan pada upacara resmi. Dahulu tempat ini juga
digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan latihan perang di Alun-alun Lor.
f) Siti
Hinggil Lor
Kompleks Siti
Hinggil secara tradisi digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara resmi
kerajaan. Pohon-pohon yang ditanam di sini adalah pohon Mangga Cempora
dan Soka yang mempunyai bunga halus panjang berkumpul menjadi satu dengan warna
merah dan putih. Melambangkan bercampurnya benih manusia laki-laki dan
perempuan.
g) Kedaton/prabayeksa
Di muka gerbang
terdapat sepasang arca raksasa Dwarapala yang dinamakanCinkorobolo disebelah
timur dan Bolobuto di sebelah barat. Kompleks kedhaton merupakan inti
dari Keraton seluruhnya. Halamannya kebanyakan dirindangi oleh pohon Sawo
kecik. Kompleks ini setidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian halaman yaitu:
· Pelataran
Kedhaton merupakan bagian Sultan.
· Keputren merupakan
bagian istri (para istri) dan para puteri Sultan.Di tempat yang memiliki tempat
khusus untuk beribadat. Pada zamannya tinggal para puteri raja yang belum
menikah. Tempat ini merupakan kawasan tertutup sejak pertama kali didirikan
hingga sekarang.
· Kesatriyan,
pada zamannya digunakan sebagai tempat tinggal para putera raja yang belum
menikah. Bangunan utamanya adalah Pendapa Kesatriyan,Gedhong Pringgandani,
dan Gedhong Srikaton. Bagian Kesatriyan ini sekarang dipergunakan sebagai
tempat penyelenggaraan even pariwisata. Di antara Plataran Kedhaton dan
Kesatriyan dahulu merupakan istal kuda yang dikendarai oleh Sultan.
h) Bangsal
kencana.
Bangsal adalah
Joglo terbuka tanpa dinding. Sedang Joglo yang tertutup dinamakan Gedhong
(gedung). Bangsal Kencono yang menghadap ke timur merupakan balairung
utama istana. Di tempat ini dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga
kerajaan di samping untuk upacara kenegaraan. Di keempat sisi bangunan ini
terdapat Tratag Bangsal Kencana yang dahulu digunakan untuk latihan
menari. Di sebelah barat bangsal Kencana terdapat nDalem Ageng
Proboyakso yang menghadap ke selatan. Bangunan yang berdinding kayu ini merupakan
pusat dari Istana secara keseluruhan. Di dalamnya disemayamkan Pusaka
Kerajaan.Di sebelah utara nDalem Ageng Proboyakso berdiri Gedhong
Jene sebuah bangunan tempat tinggal resmi Sultan yang bertahta. Bangunan
yang didominasi warna kuning pada pintu dan tiangnya dipergunakan sampaiSultan HB IX. Oleh Sultan HB X tempat yang menghadap arah timur ini
dijadikan sebagai kantor pribadi. Sedangkan Sultan sendiri bertempat tinggal
di Keraton Kilen. Di sebelah timur laut Gedhong Jene berdiri
satu-satunya bangunan bertingkat di dalam keraton, Gedhong Purworetno.
Bangunan ini didirikan olehSultan HB V dan menjadi kantor resmi Sultan.
Gedung ini menghadap ke arah bangsal Kencana di sebelah selatannya. Di selatan
bangsal Kencana berdiriBangsal Manis menghadap ke arah timur. Bangunan ini
dipergunakan sebagai tempat perjamuan resmi kerajaan. Di tempat ini pula
sekarang berdiri bangunan baru, Gedhong Kaca sebagai museum Sultan HB IX.
i) Sri
manganti
pada zamannya
digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu-tamu penting kerajaan. Sekarang di
lokasi ini ditempatkan beberapa pusaka keraton yang berupa alat musik gamelan.
Selain itu juga difungsikan untuk penyelenggaraan even pariwisata keraton.
j) Kemandungan
Lor
Kompleks
Kamandhungan Lor sering disebut Keben karena di halamannya ditanami
pohon Keben. Kemandungan menggambarkan benih daslam kandungan ibu. Ditanami
pula pohon mangga yang dalam bahasa jawa photon
pelemmenggambarkan podo gelem, atas kemauan bersama, Pohon kepel yang
menggambarkan bersatunya kemauan, bersatunya benih, bersatunya rasa, bersatunya
cita-cita. Cengkir gading adalah sejenis pohon kelapa yang kecil
bentuknya, dipakai dalam upacar mitoni, yaitu memperingati sang bayi sudah
tujuh bulan di dalam kandungan dan jambu dersono menggambarkan cinta kasih satu
sama lain. Bangsal Ponconiti yang berada di tengah-tengah halaman
merupakan bangunan utama di kompleks ini. Dahulu digunakan untuk mengadili
perkara dengan ancaman hukuman mati dengan Sultan sendiri yang yang memimpin
pengadilan. Kini bangsal ini digunakan dalam acara adat seperti garebeg dan
sekaten.
k) Kemagangan
Di sisi selatan
kompleks Kedhaton terdapat Regol Kamagangan yang menghubungkan
kompleks Kedhaton dengan kompleks Kemagangan. Gerbang ini begitu penting karena
di dinding penyekat sebelah utara terdapat patung dua ekor ular yang
menggambarkan tahun berdirinya Keraton Yogyakarta. Ditandai dalam
bentuk condrosengkolo, yaitu memet atau penanda di pintu gerbang Kemagangan
dan di pintu gerbang Gadung Mlati. Candrasengakolo yaitu cara penulisan angka
tahun dengan kata-kata Jawa yang masing-masing kata mempunyai nilai angkanya
sendiri-sendiri. Dalam bahasa jawa melambangkan “Dwi Naga Rasa Tunggal” yang
secara visual diwujudkan dalam bentuk patung dua ekor ular naga yang ekornya
saling melilit. Ular naga yang saling melilitkan ekor ini melambangkan sedang
bersetubuh (rasa tunggal). Kepala ular naga yang menghadap ke timur menunjukkan
arah/tempat kediaman para ksatria (laki-laki). Sedangkan kepala ular naga yang
menghadap ke barat menunjukkan arah/tempat kediaman para puteri (wanita).
Secara angka tahun dwi naga rasa tunggal itu dapat diartikan: dwi= 2, naga= 8,
rasa= 6, dan tunggal= 1. Angka-angka itu dibaca dari belakang sehingga menjadi
1682 Jawa. Sedangkan untuk angka tahun Masehi 1682 itu menjadi 1756 M. warna
naga merah sendiri memberikan symbol keberanian.
l) Tarub
Hagung
Tarub Hagung,
merupakan bangunan 4 tiang dari pilar yang mempunyai bentuk empat persegi. Arfti
bangunan ini adalah : siapa yang gemar semedi sujud kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, berada selalu dalam keagungan
m) Bangsal
Mangun-Tur-Tangkil,
Sebuah bangsal
kecil yang terletak di tratag Sitihinggil. Jadi sebuah bangsal di dalam bangsal
yang mempunyai arti bahwa di dalam badan kita (wadag) ada roh atau jiwa.
Manguntur Tangkil berarti tempat yang tinggi untuk anangkil, yaitu menghadap
Tuhan Yang Maha Kuasa dengan cara mengeheningkan cipta atau bersemedi. Di
belakang bangsal ini terdapat sebuah bangsal lagi yang disebut bangsal Witono,
yang mengandung arti wiwit ono (mulailah), merupakan awal kegiatan spiritual
manusia mendekatkan diri dengan Tuhan.
n) Kemandungan
Kidul
Di ujung selatan
jalan kecil di selatan kompleks Kamagangan terdapat sebuah gerbang, Regol
Gadhung Mlati, yang menghubungkan kompleks Kamagangan dengan kompleks
Kamandhungan Kidul/selatan. Di kompleks Kamandhungan Kidul terdapat bangunan
utama Bangsal Kamandhungan. Terdapat jalan menyempit (dibuat sempit) yang
kemudian melebar dan terang benderang, ini menggambarkan bayi yang telah lahir
dengan selamat siap menjadi calon manusia.Jalan di kiri kanan ini disebut
Pamengkang. Pamengkang berasal dari Mekangkang, posisi kaki yang berjauhan satu
sama lain. Posisi ini menunjukkan keadaan seorang ibu yang akan melahirkan .
disini bayi kemudian magang (kemagangan) menjadi calon manusia yang
sesungguhnya. Di antara kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul
terdapat jalan yang disebut denganPamengkang.
o) Siti
Hinggil Kidul
Arti dari Siti Hinggil
yaitu tanah yang tinggi, siti : tanah dan hinggil : tinggi. Siti
Hinggil Kidul digunakan pada zaman dulu oleh Sultan untuk menyaksikan para
prajurit keraton yang sedang melakukan gladi bersih upacara Garebeg, tempat
menyaksikan adu manusia dengan macan dan untuk berlatih prajurit
perempuan,Langen Kusumo. Tempat ini pula menjadi awal prosesi perjalanan
panjang upacara pemakaman Sultan yang mangkat ke Imogiri. Sekarang, Siti
Hinggil Kidul digunakan untuk mempergelarkan seni pertunjukan untuk umum khususnya
wayang kulit, pameran, dan sebagainya.
p) Alun-Alun
Kidul/Selatan
Alun-alun ini
diberi pagar tembok kelilingnya, terletak dalam kompleks dalam Keraton. Pohon
beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang
dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) yang dipageri
melambangkan bagian dari badan kita yang rahasia sekali. Supit urang
menunjukkan perempuan. Lima buah jalan raya yang bertemu satu sama lain
menggambarkan panca indra kita. Tanah berpasir belum teratur, lepas satu sama
lainnya. Apa yang kita tanggap dengan panca indra kita belum teratur. Jika ada
yang menadi perhatian, barulah teratur. Sepasang lagi di kanan-kiri gapura sisi
selatan yang dinamakan Wok( berasal dari kata bewok, harfiaf=jenggot).
Keliling alun-alun ditanami pohon Kweni dan Pakel artinya sang anak sudah wani
(berani karena sudah akil balig)
q) Krapyak
.
Krapyak ialah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan, untuk
memperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan ketangkasan dalam
mengepung, memburu atau mengejar rusa. Krapyak adalah gambaran asal roh-roh. Di
sebelah utaranya terletak kampong Mijen, berasal dari perkataan Wiji (benih),
jalan lurus ke utara, dikanan kiri dihiasi pohon Asem dan Tanjung,
menggambarkan kehidupan sang anak yang lurus, bebas dari rasa sedih dan cemas,
rupanya nengsemake serta di sanjung-sanjung (tanjung) selalu.
2.6.4Museum di
Keraton Yogyakarta
a. Museum
Raden Saleh (Museum "lukisan tiga dimensi")
Museum lukisan
terbagi menjadi dua bagian. Pertama, khusus yang dipakai untuk
memajang karya-karya Raden Saleh. Di ruang ini terdapat lebih kurang 10 lukisan
bergambar Sri Sultan dan permaisurinya di masing-masing kanvas dengan ukuran
besar. Ada lukisan Djajeng Asmoro dan beberapa lukisan tak beridentitas serta
foto-foto lama. Lukisan Raden Saleh sangat mirip dengan aslinya dan mata sang
objek bisa mengikuti kemana pun posisi penonton. Sepatu Sri Sultan pun tampak
seperti berpindah arah seirama dengan posisi penonton. Kedua, adalah gedung
museum lukisan yang ada di sebelah utara. Gedung ini berisi beberapa
klasifikasi ruang yang masing-masing berisi lukisan dan foto: keluarga
Pakubuwana, ruang lukisan Patih Kasultanan Ngayogyakarta (Danurejo), ruang
lukisan para putra/calon raja (Sri Sultan muda), ruang Sri Sultan
Hamengkubuwana X, ruang istri-istri Sri Sultan, ruang silsilah trah Kraton
Yogyakarta. Sedangkan di lorong utama gedung ini dipajang karya-karya lukisan
yang menggambarkan suasana kraton maupun lukisan “sehari-hari” dalam Kraton.
b. Museum
Batik
Museum batik,
diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X pada 31 Oktober 2005 yang
menempati salah satu bangunan di kompleks kraton. Pada pintu masuk kita
disuguhi oleh sesosok patung sedang membatik. Di dalamnya tersimpan koleksi
kain batik, topeng batik, foto-foto pemakaian kain batik dan para pemberi
hibah, kemudian bahan dan alat membatik, sepeda tua alat pengangkut batik (dari
masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII sampai dengan Sri Sultan Hamengkubuwana X).
Koleksi batik yang dipamerkan merupakan hibah dari trah Sri Sultan serta hibah
dari pengusaha dan pecinta batik di Yogyakarta. Dari museum ini kita akan
menjumpai sejumlah motif batik yang dipakai dalam sebuah upacara karaton. Batik
Kraton Yogya memiliki ciri khas warna utama: putih, hitam dan coklat.
c. Museum
kristal dan kerajinan
Museum ini
terletak di tengah kompleks museum-museum kraton. Museum ini menyimpan berbagai
koleksi kristal milik kraton, terbagi dalam dua ruang. Ruang pertama berisi
koleksi pot bunga dari keramik peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwana VIII, jam
meja, lampu duduk, berbagai macam guci, lampu listrik dan hiasan meja dari
keramik. Ruang kedua berisi gelas-gelas kristal, tempat buah, tempat keju dan
selai dari kristal polos, hiasa meja, pot bunga, guci, jam berkerangka marmer,
perlengkapan kamar mandi, tempat sayur dari porselen, cangklong (pipa rokok
dari gading dan kayu), tempat make up, kaca rias dari kuningan dan tempat
permen.
d. Museum
Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Berisi benda
koleksi peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, antara lain meja tulis,
cinderamata, foto, lukisan, beberapa penghargaan seperti medali, tanda jasa dan
surat-surat keputusan Presiden RI (termasuk penganugrahan pahlawan nasional
untuk Sri Sultan Hamengkubuwana IX). Selain itu juga terdapat koleksi
memorabilia lain seperti foto-foto semasa kecil hingga meninggal dunia, koleksi
mobil-mobilan, peralatan masak dan perlengkapan minum, bumbu dapur dalam satu
almari, buku-buku, baju-baju, alat-alat untuk menunjang hobi seperti fotografi
dan foto-foto karyanya, kepanduan, dan koleksi kliping koran dan seperangkat
tahta raja dan seperangkat regalia dan bendera yang secara khusus diletakkan
dalam museum ini.
2.7 Kasongan
2.7.1
lokasi kasongan.
Desa
WIsata Kasongan terletak di pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jika Anda berangkat dari Kota Yogyakarta, maka
pergilah ke arah selatan hingga menemukan perempatan Dongkelan (perempatan Ring
Road Selatan - Jalan. Bantul). Pilihlah jalan ke arah selatan melewati Jalan
Bantul ini. Perjalanan dari perempatan Dongkelan ini hanya memakan waktu
sekitar 10 menit atau 20 menit dari pusat kota. Jika telah sampai di desa
wisata Kasongan, Anda akan disambut oleh sebuah gerbang masuk ke desa wisata
tersebut.
2.7.2
sejarah kasongan.
Desa wisata
Kasongan merupakan daerah pemukiman para kundi, atau buyung atau gundi, yang
artinya orang yang membuat sejenis buyung, gendi, kuali, dan lainnya yang
tergolong peralatan dapur, juga barang hiasan yang terbuat dari tembikar atau
tanah liat.
Hingga saat ini
Desa Kasongan menjadi salah satu tujuan desa wisata di Yogyakarta yang banyak
diminati oleh wisatawan. Deretan show room atau rumah-rumah galeri di desa
wisata Kasongan ini menawarkan barang-barang kerajinan dari gerabah serta dari
bahan lainnya seperti guci, pot bunga, lampu hias, miniatur alat transportasi
(becak, sepeda, mobil), aneka tas, patung, souvenir untuk pengantin,
serta hiasan lainnya yang menarik untuk dipajang di rumah.
Salah satu
patung yang legendaris di Desa Kasongan adalah patung Loro Blonyo. Loro Blonyo
adalah patung sepasang pengantin yang dipercaya akan memberikan keberuntungan
jika ditaruh di dalam rumah. Kita bisa menjumpai patung ini dalam berbagai
pose. Patung ini pertama kali dikenalkan oleh Galeri Loro Blonyo yang diadopsi
dari patung pengantin milikKraton
Yogyakarta.
Jika Anda
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses pembuatan kerajinan
gerabah tersebut, maka beberapa galeri menawarkan kursus singkat untuk Anda
ikuti. Anda juga bisa melihat proses pembuatan gerabah di beberapa rumah
produksi.
2.7.Keunikan
kasongan.
PATUNG ARTISTIK
Di tangan seniman Jogja, patung sebagai kerajinan seni tampak
hidup dan menyemarakkan taman atau rumah Anda. Patung Semar dan Punakawan,
Buddha, atau macam binatang bisa jadi pilihan. Namun yang paling menarik adalah
patung sepasang kekasih “loro blonyo” dan wuwung semacam hiasan atap rumah yang
jadi favorit wisatawan. Coraknya sangat berseni dan berkelas.
HARGA yang MURAH
Harga gerabah di Kasongan tergantung tingkat kesulitan
produksinya dan besar kecilnya keramik antara lima ribu rupiah hingga jutaan
rupiah. Keramik paling murah berupa souvenir tempat pensil, asbak, wadah lilin,
dan patung mini.
Maka dapat disimpulkan
bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja itu sangat banyak,dan kita
harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti aslinya.agar
menarik para wisatawan untuk berlibur ke Yogyakarta
Selain itu,kota
Yogyakarta yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-budaya
barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu salah,kita harus
tetap menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian yang
khas dimata dunia.
Yogyakarta merupakan
salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan menghabiskan sisa
waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di jogja.walaupun banyak
cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para wisatawan tetap
antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.
Yogyakarta disebut kota
pelajar karena kualitas pendidikan di kota Jogja sudah terjamin kualitasnya.
Kota Jogja disebut kota pelajar karena di daerah Jogja juga terdapat fasilitas
sekolah dan universitas yang megah, berkualitas, terjamin mutunya dan sudah
terakreditasi secara baik didunia pendidikan Indonesia.
Budaya mungkin di
Indonesia mungkin bermacam-macam dan beragam sekali di Indonesia. Mungkin salah
satu budaya di Indonesia adalah budaya Jawa. Budaya tersebut masih sangat erat
hubungannya dengan kota Jogja. Maka dari itu,Yogyakarta juga disebut dengan
kota budaya dan berbudaya.
Sebagai generasi
muda dan sebagai salah satu pengunjung di objek wisata,penulis menyarankan
kepada :
-Pemerintah, khususnya
pengelola objek wisata agar meningkatkan pelayanan pada para wisatawan dan
menjaga kelestarian objek-objek wisata .Serta berinovasi agar ada penambahan
wahana wisata baru untuk mengikuti perkembangan wahana wisata diluar agar
wisatawan betah karena ini merupakan devisa.
-Generasi muda Indonesia,agar mau
menjaga dan melestarikan tempat-tempat wisata terutama yang berbasis budaya dan
religi. Karena Negara kita dikenal sebagai Negara yang beranekaragam namun bisa
hidup berdampingan dengan latar belakang yang berbeda.
-Pasilitas
pasilitas yang masih kurang, sebaik nya di tambahkan.
-Fasilitas yang
sudah rusak sebaiknya diperbaiki dan dalam pengurusan lebih di tingkatkan.
Comments
Post a Comment